Rabu, 01 November 2017

Sebuah renungan, kemana arah peradaban Islam

‘Membunuh’ Pesantren, Balqis Elvina Ashriyya dan Kisah Islam Peradaban 


Catatan Digital: Alfi Rahmadi

Sistem pesantren dalam amatan rezim geo politik dan ekonomi global, telah lama menjadi incaran untuk dibumi-hanguskan. Sebabnya, memang to be good to be true. Bisa dibayang: apa jadinya bila para santri dan santriwati Indonesia mengambil-alih rezim global. Karena itu bagi mereka mesti dimunaskah sejak dini. Caranya, yang sangat nampak hari ini:

Pertama, “semblih” kyai-nya dengan cara diberi penghargaan biar mabuk kepayang serta diajak menghadiri acara-acara nasional dan internasional. Kalau perlu jadikan ia nara sumber penting atau pembicara kunci biar lebih mabok panggung. Dengan prestise dan acara-acara bergengsi itu, sang kyai sebagai ruh pesantren sering meninggalkan pesantren. Dengan demikian perlahan-lahan pesantren terkikis juga ruhnya.

Kedua, ubah kurikulumnya, baik melalui otoritas pemerintah maupun injeksi kurikulum non formal. Pergeseran kurikulum tersebut bakal lebih semarak karena dilakukan sejalan dengan injeksi keuangan dan aneka bantuan berbagai fasilitas secara cuma-cuma. Alasan yang sering mengemuka sebagai proyek de-redikalisasi, upaya netralisir dari badai stigma dan generalisasi pesantren sebagai sarang teroris.

Ketiga, tanamkan kebencian mereka terhadap umat lain. Bahkan antar aliran dalam Islam itu sendiri. Tujuannya: membuat mereka terlatih untuk tidak menggunakan akal sehat atau nalar, dan berfikir semata berdasarkan emosi. Ringkasnya: tumpulkan akalnya, dan pertajam emosi kebenciannya. Buat seolah-olah orang lain yang tidak sepaham adalah musuh yang harus dilawan sekuat tenaga. Dengan cara ini mereka perang sesama Islam sendiri dan perang dengan umat lain. 

Kalau perang dengan umat lain, skenario rezim global sukses untuk semakin memberanggus Indonesia melalui agenda besar perang global melawan terorisme. Penguasa rezim global tak akan pernah lelah melancarkan tiga proxy war di atas. Dan kecemasan mereka sesungguhnya justru bertitik tolak dari keunggulan komparatif sistem pesantren nan unik tersebut.

Sumber keunikan sistem pesantren paling tua adalah hafalan Al-Qur’an. Rezim global nampak paranoid manakala peradaban Barat hari ini akan diambil-alih lagi oleh Timur, berangkat dari kitab suci satu ini selalu terbukti keilmiahannya. Terhitung sejak giatnya para penduhulu mereka mengkaji karya-karya otoritatif ilmuwan muslim pada abad pertengahan dan kajian ilmuan kontemporer mereka di zaman sekarang.

Di masa keemasan peradaban Islam, para sarjana Eropa giat sekali menimba ilmu di sejumlah universitas Islam di berbagai kota Spanyol. Seperti di Cordova, Toledo, Sevilla, Malaca, Granada dan Selamanca. Dikenal dengan nama Andalusia, Spanyol kala itu terletak di semenanjung Iberia, membentang antara Spanyol dan Portugal sekarang. 

Dua pusat Dinasti Andalusia sekaligus pusat ilmu pengetahuan di masanya: Cordova dan Granada. Cordova kala itu mempunyai perpustakaan dengan jumlah sekitar 400.000 buku di berbagai cabang ilmu pengetahuan.

Para sarjana Eropa sangat aktif bukan hanya mengkaji tapi juga menterjemahkan secara besan-besaran buku-buku karya ilmuan muslim kenamaan dari bahasa Arab ke Latin. Pusat penerjemahan kala itu berada di Toledo. 

Sepulang dari Andalusia, mereka terilhami mendirikan sekolah dan universitas di negeri masing-masing. Antara lain di Perancis, berdiri Universitas Paris pada 1213 M, tertua di Eropa. Di penghujung abad pertengahan barulah berdiri belasan universitas di daratan Eropa.

Di semenanjung Italia, setelah Sisilia jatuh kembali ke pangkuan Raja Frederick II (1194-1250 M), gerakan penterjemahan ilmu pengetahuan Islam oleh peradaban Barat juga digelar besar-besaran, dari bahasa Arab ke Latin. Frederick II mengirim Michael Scot (1175-1235 M), matematikawan dan astrolog asal Skotlandia, menetap di Cordoba demi memburu karya-karya Ibnu Sina, Bapak Kedokteran dunia itu.

Di antara nama popular ilmuan Eropa yang belajar di Andalusia adalah Roger Bacon (1214-1292 M), pendeta Kristen Roma dari Inggris. Dengan mempelajari bahasa Arab dan Latin ia mampu membaca naskah asli dan menerjemahkannya. Buku-buku asli dan terjemahan itu ia bawa ke Universitas Oxford. 

Di antara buku yang ia terjemahkannya adalah Al Manzir, karya Ibn Haitham (965-1038 M), Bapak Optik dunia. Buku ini memuat teori tentang mikroskop dan teleskop; tapi kelak banyak dikaitkan sebagai hasil karya dan teori Bacon. 

Di tengah kebuntuan Eropa menggelar peradaban—kalau tidak disebut kegelapan—dalam menciptakan berbagai fasilitas yang kita kenal hari ini, peradaban Islam menjadi sumber rujukan ilmu pengetahuan. Di antara gelombang renaissance yang paling menukik adalah berkat tercerahnya mereka dalam ilmu matematika. 

Adalah Abū Kāmil Shujāʿ ibn Aslam (850-930 M), dikenal dengan nama Abu Kamil atau Ibnu Shuja, menjadi salah satu rujukan terpenting. Dijuluki “al-Hasib al-Misri” atau "kalkulator Mesir", Abu Kamil adalah tokoh penyempurna sekaligus penghubung penting penemuan besar al-Khwarizmi (780-850 M) atau Bapak Aljabar dengan al-Karaji (953-1029 M), sang penemu geometri analitis dan perintis teknologi mesin air. 

Karya-karya besar Abu Kamil antara lain tentang solusi persamaan dalam kuadrat, persamaan Diophantus, dan aplikasi aljabar pada geometri. Kontribusinya memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan aljabar di dunia pada abad pertengahan. Pengakuan ini muncul antara lain dari Jacques Sesiano dalam karyanya “Islamic Mathematics”. 

Sejarahwan Prancis itu mengakui Abu Kamil adalah orang pertama yang menerima angka irrasional sebagai solusi untuk persamaan kuadrat atau koefisien dalam equation. Ia juga merincikan Abu Kamil seorang matematikawan Muslim pertama yang memecahkan persamaan tak tentu yang tidak ditemukan dalam Arithmatica karya Diophantus, matematikawan Yunani Kuno. 

Penemuan Abu Kamil kelak menjembatani penemuan Leonardo da Pisa atau Leonardo Pisano (1175-1250 M) dalam ilmu matematika. Fasilitas lift dan berbagai pembangkit energi yang kita kenal hari ini, tak lepas dari kisah dua penjembatanan yang dilakukan Abu Kamil.
Begitu pula gelombang renaissance yang tercerahkan dari astronomi. Teknologi antariksa negeri-negeri adidaya hari ini juga merupakan “hadiah” dari para ilmuan astronomi muslim di masanya. Salahsatu yang paling menonjol antara lain Ahmad ibn Yunus al-Sadafi al-Misri atau Ibnu Yunus (950-1009). Ia adalah orang pertama yang menggunakan pendulum untuk mengukur waktu. 

Magnum opusnya al-Zij al-Kabir al-Hakimi tentang tabel astronomi dengan observasi telah menjadi buku pegangan ilmu astronomi Timur-Barat. Temuannya menyumbang besar terhadap pengembangan formula prosthaphaeresis dan logaritma. Di antara pengembang yang lagendaris adalah Johannes Werner (1468-1522 M), dikenal dengan formula “Werner”. 
Nasir Al-Din al-Tusi (1201-1272 M) bukan pengecualian. Ia bahkan dikenal sebagai peletak dasar tabel astronomi yang memuat lingusitik dan tata kerja planet di ruang angkasa. Ia mengkalkulasi terperinci posisi dan nama-nama planet beserta nama-nama bintang yang menghiasinya. Dari situ ia menemukan teknik geometris untuk model planetary, disebut “Tusi Couple”. 

Nasir Al-Din al-Tusi juga pelopor observasi empiris rotasi bumi, kelak digunakan Nicolaus Copernicus (1473-1543 M) dalam teori alam semesta. Terbit dalam buku De Revolutionibus Orbium Coelestium (Revolusi Gerak Edar Benda Langit), karya Copernicus sempat dilarang oleh Gereja Katholik awal abad ke-16.

Di zaman ledakan ilmuwan Muslim, baik dari Dinasti Abbasiyah berpusat di Baghdad sampai Dinasti Mamluk (1250-1517 M) berpusat di Kairo, para bintang ilmuwan muslim berkerlap-kelip di segala cabang besar keilmuan. Sulit antar cabang keilmuan itu dipisahkan. Sebab para tokoh Muslim pada era sebelumnya sampai Mamluk menguasai interdisipliner di semua cabang besar keilmuan. 

Melekat dalam diri mereka—meminjam istilah KH. Imam Zarkasyi, salah satu pendiri Pondok Modern Gontor—ulama yang intelek dan intelek yang ulama. Tidak ada beda dalam diri mereka seorang ilmuan sekaligus seorang ulama. Mengapa? Karena sumber ilmunya tak lain berangkat dari Al-Qur’an. Mereka semua bukan saja seorang penghafal Al-Qur’an, tapi penemu sains-sains yang berangkat dari kandungan makna dalam induk segala kitab itu.

Terbayang: alangkah ngerinya bila para santri-santriwati mengikuti jejak para pendahulunya itu. Peluang itu semakin tersusun sistematis bila mereka dibekali dan mengakar bahasa Arab dan Inggris-nya. Di tambah lagi dengan penguasaan mereka dalam teknologi digital sebagai generasi milineal. Jiwa kepemimpinan mereka sudah terpupuk sejak dini dalam sistem learning by doing dan “santri-santriwati governance”. Ini diringkas dengan jiwa yang siap dipimpin sekaligus memimpin secara gilir dan sesuai prestasi.

Sejarah emas masuknya peradaban Islam ke Indonesia melalui jalur damai bukanlah pengecualian dari kecemasan rezim global akan lahirnya para pemimpin Indonesia berlatarbelakang pesantren itu. Indonesia menjadi bukti dunia, dan itu diakui berulang-ulang dalam berbagai konferensi internasional, menjadi prototype terbaik akulturasi dengan segala keberagamannya sejak abad pertengahan sampai sekarang.

Terciptanya prototype terbaik itu berkat konsistensi ulama-ulama dan tokoh bangsa memegang teguh jalur damai itu sekaligus buah dari multikulturalisme--menjadi sunnatullah (hukum besi)--yang sangguh terlestarikan itu. Ini menjadi penjelas kenapa kebhinnekaan telah lama menjadi DNA Indonesia, sejak masih dikenal nama Nusantara, terdiri dari kesultanan-kesultanan Islam sezaman dengan era Dinasti Abbasiyah, Mamluk sampai Utsmaniyah. Luasnya terbentang hampir se-Asia Tenggara.

Lebel prototype akulturasi terbaik itu makin kuat melekat didasari oleh fakta perang saudara sebangsa dan seagama negeri-negeri Timur Tengah dan negeri Teluk yang tak berkesudahan. 

Malik Bennabi (1905-1973), atau sering tulis dengan ejaan "Bin bin Nabi", seorang pemikir muslim abad ke-20, kelahiran AlJazair dan menghabiskan hidupnya di Paris-Kairo, benar-benar pesimis akan kebangkitan peradaban Islam di Timur Tengah, menyaksikan pertikaian berdarah-darah antar sesama itu sejak zaman dulu. Maka di era 1950-an, ia meramalkan bahwa Indonesia akan mengambil alih tugas peradaban itu. 

Ramalannya tersebut tak lain bertitik tolak dengan populasi Indonesia muslim terbesar dunia, jejak dan pengalaman meng-handle multikulturalisme, sumber daya alam masih berlimpah ruah (dengan segala energi terbarukan non fosil). 

Bakal menjadi kiblat peradaban Islam dunia, pengarang kitab Wijhah al-Alam al-Islami (Masa Depan Dunia Islam) 1959 itu dengan lantang mengungkapkan bahwa “dunia Islam beralih dan tunduk pada tarikan gravitasi Jakarta sebagaimana pernah tunduk pada tarikan gravitasi Kairo dan Damascus." 

Cobalah baca karya-karyanya: tanda-tanda tarikan gravitasi itu tergambarkan dalam karyanya, antara lain Fikrah al-Ifriqiyyah al-Asiawiyyah (Pemikiran Asia-Afrika) 1956 dan Syurut al-Nahdah (Syarat-syarat Kebangkitan) 1960.

Di antara sel-sel potensi Indonesia sebagai pusat peradaban Islam dunia ini, kami sekeluarga, keluarga besar alm. Marwan Abdul Razak dan Juwairiyah Abdul Aziz, patut bersyukur dan bangga atas prestasi Balqis Elvina Ashriyya, putri pertama dari adik kami, Maya Puspa Sari .

Balqis cilik menjuarai Musabaqoh Hifzil Qur’an (MHQ), digelar di Banda Aceh, 9-10 Oktober 2017, tingkat nasional untuk anak seusia dirinya, jenjang SMP. MHQ rutin digelar oleh Kementerian Agama RI secara berkala. 

Ananda Balqis yang lahir di waktu ashar dan pernah kencing dalam gendongan saya saat usianya 2 tahun itu mewakili Provinsi Jawa Barat; bukan tanah kelahirannya di Kepulauan Bangka-Belitung. Sebab di usia SMP sekarang, ia menimba ilmu di Pesantren Ummul Quro di Salopa, Tasikmalaya.

Dari 34 peserta se-Indonesia, “Balqicun”—demikian sapaan manjanya—masuk dalam 10 besar. Di fase final, langkahnya terhenti, karena menurutnya grogi. Saya maklum, karena ini kali pertama Balqis masuk dalam kompetisi tingkat nasional tersebut dengan modal hafalan 8 juzz. Ia pun harus puas menyandang gelar juara harapan. 

Memiliki kecerdasan dalam kesustraan dan bahasa, mungkin menular dari saya (hehe), Balqies juga sejak TK gemar mengutak-atik angka dan bermain logika dalam kata-kata. Seorang kutu buku, mungkin menular dari paman tertuanya: Ridwan Effendy. 

Saya membayang: bila hafalan dan ulumul Qur’an yang telah dikantonginya sejak usia belia ini suatu hari ia kembangkan dalam sains-sains yang ia gemari. Antara lain matematika itu sendiri. 

Semoga saja lahir Abu Kamil, al-Khwarizmi dan al-Karaji dalam warna baru di era mendatang, menggenapi ramalan Malik Bennabi tentang Indonesia.

Selasa, 30 Mei 2017

Ramadhon 1438 H

Assalamualaikum 😀
Kali ini, saya ingin berbagi Syair Abu Nawas, syair yang dilantunkan dengan syahdu meminta ampunan terhadap segala dosa yang bertabur seperti butir pasir, sungguh efeknya menjalar dalam setiap urat hati.

Awalnya saya tau syair ini dari para Ustadz sewaktu mengikuti Pesantren Kilat Ramadhan semasa SD di Sungailiat. Kami biasanya melantunkan syair ini setelah sebelum shalat 😉
 
Penasaran kan sama syairnya?,
Berikut bunyi syairnya, dinyanyikan dengan lembutttt…..
😀 





 
Artinya
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga #
                        tapi aku tidak kuat dalam neraka.
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku #
                        sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa yang besar.
Dosaku bagaikan bilangan pasir #
                       maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan.
Umurku berkurang setiap hari #
                       sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya.
Wahai, Tuhanku! Hamba Mu yang durhaka telah datang kepada Mu #
                       dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu.
Maka jika Engkau mengampuni, Engkaulah pemilik ampunan #
                 

Analisa Fundamental secara sederhana Ala Lo Kheng Hong


Siapakah Lo Kheng Hong si “Warren Buffet Indonesia”? Apa prestasinya di saham dan mengapa dia berinvestasi saham? Dalam Artikel kali ini, Finansialku akan membahas Analisa Fundamental secara sederhana Ala Lo Kheng Hong, si “Warren Buffet Indonesia.

SIAPAKAH LO KHENG HONG SI “WARREN BUFFET INDONESIA”?
Lo Kheng Hong Lahir di Jakarta 20 februari 1959. Lo Kheng Hong adalah investor yang sukses mencapai kebebasan finansial (Financial Freedom) hanya dengan berinvestasi saham. Sama halnya seperti Warren Buffet, Lo Kheng Hong lebih memilih menjadi investor jangka panjang dibandingkan menjadi investor jangka pendek atau trader. Lo Kheng Hong adalah seorang value investor yang bisa dikatakan sukses. Dalam memilih dan membeli saham, dia pun mengaku 100% menggunakan Analisa Fundamental.  
 
WEJANGAN LO KHENG HONG MENGENAI INVESTASI SAHAM
Lo Kheng Hong dikenal hampir mengalokasikan seluruh asetnya di pasar modal, dan hanya menyisakan sebesar 15% saja sebagai dana darurat. Mengapa saham menjadi pilihan Lo Kheng Hong dalam berinvestasi saham? Sebelum membahas Kiat Analisa Fundamentalnya, mari kita pahami sudut pandangnya dalam berinvestasi saham.
Setidaknya ada 3 alasan yang disebutkan oleh Lo Kheng Hong, mengapa dia tertarik untuk berinvestasi saham di pasar modal:
1. Pasar Modal memiliki nilai aset kekayaan yang nyata.
2. Perusahaan terbuka di pasar modal menawarkan produk bagi keseharian masyarakat.
3. Berinvestasi di pasar modal menjanjikan keuntungan yang besar.

#1 NILAI ASET YANG NYATA
Dilansir dari data yang dikeluarkan oleh LPS pada bulan September 2016, Uang masyarakat Indonesia yang tersimpan di Bank adalah sebesar kurang lebih Rp4.500 Triliun. Jumlah yang sangat besar. Namun Lo Kheng Hong membandingkannya dengan Kapitalisasi Pasar yang dimiliki oleh IHSG.

Menggunakan data penutupan perdagangan 21 April 2017, IHSG ditutup pada poin sebesar 5.664,47, yaitu naik sebesar 1,23%. Dengan kenaikan ini, maka Kapitalisasi pasar di IHSG adalah sebesar sekitar Rp6.162 Triliun. Di mana nilai seluruh saham yang ada di Bursa Efek Indonesia melebihi jumlah nilai uang masyarakat Indonesia yang tersimpan di Bank.
Tidak sampai di situ, Lo Kheng Hong pun membandingkannya lebih jauh dengan harga Apple Inc., sebuah perusahaan asal Amerika Serikat yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar di dunia, yaitu sebesar USD 750 Miliar, yang jika dirupiahkan dengan kurs Rp13.300 per 1 USD, maka nilai Apple mencapai Rp9.975 Triliun. Sebuah angka yang lebih besar dari IHSG untuk satu perusahaan, dan itu pun belum melihat perusahaan-perusahaan besar lainnya.
Dari fakta yang didapat itulah kemudian Lo Kheng Hong menyimpulkan:

“Harta karun kekayaan terbesar yang ada di dunia adanya di pasar modal, bukan di bawah laut. Nilainya nyata dan transparan. Sangat di sayangkan bila ada orang yang tidak mengenal pasar modal”

Dan Lo Kheng Hong sangat menyarankan masyarakat untuk menginvestasikan uangnya di pasar modal.

#2 MASYARAKAT DIKELILINGI OLEH PRODUK PERUSAHAAN PUBLIK
Alasan kedua yang membuat Lo Kheng Hong tertarik berinvestasi di pasar modal adalah bahwa perusahaan terbuka di pasar modal menawarkan produk bagi keseharian masyarakat. Secara sederhana, Lo Kheng Hong mengungkapkan bahwa setiap hari, mulai dari bangun pagi sampai tidur kita selalu berinteraksi dengan produk-produk dari perusahaan terbuka.

Mulai dari bangun pagi, seseorang pergi ke toilet dan menemukan kloset bermerek TOTO, lalu kemudian mandi menggunakan sikat gigi, sabun dan shampoo yang diproduksi UNVR (Unilever), makan pagi memasak mie buatan INDF (Indofood), atau sekedar menyantap kue buatan MYOR (Mayora) atau cemilan buatan AISA (Tiga Pilar Sejahtera Food). Ketika menyalakan TV, menonton saluran TV dari MNCN (Global TV, RCTI, MNC TV), SCMA (SCTV), VIVA (TvOne / ANTV).

Ketika mau berangkat kerja naik ke mobil, mobilnya dibeli dari ASII (Astra Internasional) atau dari IMAS (Indomobil), kaca mobil produksi AMFG (Asahimas Flat Glass), dan ban mobilnya diproduksi oleh GJTL (Gajah Tunggal), MASA (Achilles), GDYR (Goodyear), per mobilnya buatan INDS (Indospring). Mobilnya pun dibeli dengan bantuan kredit dari WOMF (WOM Finance), ADMF (Adira). Atau jika belum memiliki mobil, maka naik TAXI (Taksi Ekspress) atau BIRD (Blue Bird).

Dalam perjalanan menuju tempat kerja, melewati jalan tol yang dioperasikan JSMR (Jasa Marga) atau CMNP (Citra Marga). Jalan tolnya dibangun oleh kontraktor WIKA (Wijaya Karya), WSKT (Waskita Karya), atau ADHI (Adhi Karya). Semen yang digunakan pun dari INTP (Indocement), SMGR (Semen Indonesia), atau dari SMCB (Holcim). Beton yang digunakan pun merupakan produk WTON (Wika Beton), atau WSBP (Waskita Beton). Baja yang dipakai pun dipasok dari KRAS (Krakatau Steel).

Sampai di tempat kerja, mau meeting, menelepon klien dengan bantuan provider TLKM (Telkom), ISAT (Indosat), atau EXCL (XL). Setelah menelepon, memutuskan untuk meeting di Mall yang dibangun oleh perusahaan properti seperti APLN (Agung Podomoro), CTRA (Ciputra), BSDE (BSD). Mall-nya dibangun oleh kontraktor PTPP (PP) atau TOTL (Total). Setelah meeting, bertransaksi melalui Bank seperti BBCA (BCA), BBRI (BRI), BMRI (Bank Mandiri), BBNI (BNI), BNGA (Bank CIMB Niaga), atau bank lainnya.

Dari Ilustrasi di atas sangat jelas bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai masyarakat tidak akan lepas dan dikelilingi oleh produk perusahaan terbuka. Namun pertanyaannya, apakah kita sudah mulai berpikir mendapatkan keuntungan dari usaha yang mereka tawarkan? Dengan berinvestasi di pasar modal, maka siapa saja bisa berkesempatan memiliki saham dari perusahaan-perusahaan besar yang disebutkan di atas.

Disclaimer: Penyebutan merk hanya sebagai sarana edukasi, bukan untuk rekomendasi saham atau sejenisnya. Finansialku tidak berafiliasi dengan merek-merek di atas.

#3 SAHAM MENJANJIKAN KEUNTUNGAN YANG TINGGI
Alasan ketiga mengapa Lo Kheng Hong berinvestasi saham adalah karena keuntungannya yang sangat besar. Ambil saja contoh, dalam lima belas tahun, sejak bom Bali 2002, IHSG telah naik dari 330 jadi 5664 pada tahun 2017. Ini menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham telah naik sampai lebih dari seribu persen.
zzz

Ada yang disorot oleh Lo Kheng Hong dari masyarakat umum mengenai penggunaan uang, yaitu antara membeli barang konsumtif dibandingkan berinvestasi saham. Lo Kheng Hong membandingkan bila uang yang kita punya dipakai untuk membeli barang konsumtif, dengan bila uang yang kita punya dipakai untuk membeli saham. 

Misalkan pada tahun 2009, Pak John membeli mobil mewah seharga Rp500 juta, di waktu yang sama Pak Ronald membeli saham dengan modal sebesar Rp500 juta, di saham CPIN (Charoen Pokphand) seharga Rp100 per lembar. Setelah 5 tahun Mobil yang dibeli pak John berkurang nilainya menjadi setengahnya, yaitu Rp250 juta. Di sisi lain, saham CPIN yang dibeli oleh Pak Ronald telah bertumbuh dan harganya berada di kisaran Rp5.000 per lembarnya. Nilai aset pak Ronald telah bertumbuh sebesar 50 kali lipat yaitu menjadi Rp25 Miliar.


Modal
Setelah 5 Tahun
Membeli Mobil Mahal
Rp500 juta
Rp250 juta
Membeli Saham CPIN
Rp500 juta
Rp25 miliar

Setelah 5 tahun, ternyata dari yang tadinya sama-sama sebesar Rp500 juta, kini nilai aset pak Ronald telah menjadi 100 kali lipat lebih besar dari Pak John. Dari ilustrasi ini, maka Lo Kheng Hong pun sangat menekankan pentingnya berinvestasi saham dibandingkan hanya membeli barang konsumtif, baginya berinvestasi adalah menunda kenikmatan.
Disclaimer: Penyebutan merek atau kode saham hanya sebagai sarana edukasi, bukan untuk rekomendasi saham atau sejenisnya.

Lo Kheng Hong juga menyarankan untuk menabung di Bank seperlunya saja, selebihnya untuk berinvestasi, karena bunga tabungan di Bank sangat kecil. Bila hanya menyimpan  uang di bank atau celengan ayam, baginya sama saja dengan memiskinkan diri secara pelan-pelan, karena adanya inflasi yang siap menggerus nilai uang yang dimiliki. 

Memilih dan Membeli Saham Ala Lo Kheng Hong Pekerjaan Lo sebagai value investor adalah mencari saham “salah harga” di bursa. Ia menggunakan strategi yang sangat sederhana, yaitu beli paling murah secara valuasinya tetapi paling bagus prospeknya, setelah itu disimpan, menunggu sabar, hingga si bursa saham sadar bahwa saham itu terlalu murah dan naik ke harga seharusnya tertulis.

Menurut Lo Kheng Hong, investor haruslah mempunyai nafas dan daya tahan yang panjang untuk bermain sampai bertahun-tahun hingga menghasilkan keuntungan signifikan. Karenanya, ia sangat menyarankan untuk tidak memakai uang hutang, atau uang sehari-hari dalam berinvestasi.
Membeli saham pun tidak boleh seperti membeli kucing dalam karung, setiap investor haruslah mengetahui apa yang dia beli, dan membeli apa yang dia ketahui. Seringkali, saham yang dibeli seorang investor bukannya untung, tapi malah memberikan kerugian yang tidak sedikit, karena kurangnya pengetahuan investor tersebut akan apa yang dibelinya, karena itu Lo Kheng Hong pun mengungkapkan:

“Tuhan itu maha pengampun, tapi bursa saham tidak mengenal belas kasihan. Bursa saham tidak akan memberi ampun pada investor yang tidak mengenal apa yang dia beli”
Lo Kheng Hong memiliki beberapa prinsip dalam memilih saham perusahaan terbuka, berikut adalah beberapa Prinsip yang dianut oleh Lo Kheng Hong:

#1 PERUSAHAAN HARUS DIKELOLA MANAJEMEN YANG BAIK
Investor harus melihat manajemennya apakah dikelola orang yang jujur, profesional, berintegritas, dan dikagumi. Lo Kheng Hong memberi analogi bahwa melihat manajemen perusahaan haruslah seperti memilih orang pemerintahan, direksi dan komisarisnya harus bersih dan tidak boleh korupsi. Jika suatu perusahaan dikelola oleh manajemen yang korup, maka uang investor bisa habis tak bersisa dipakai untuk kepentingan pribadinya tanpa memikirkan kemajuan perusahaan.

#2 PERHATIKAN PROSPEK PERUSAHAAN KE DEPAN
Investor harus memperhatikan usaha perusahaannya, seperti apa prospeknya? Akankah perusahaan ini bisa mempertahankan kinerjanya di masa depan? Untuk melihatnya, investor dapat melihat kembali ke kinerja masa lalu perusahaan hingga 10 tahun ke belakang.

#3 CARI PERUSAHAAN YANG LABANYA BESAR MELALUI RASIO NPM DAN ROE
NPM adalah Net Profit Margin, yaitu rasio Keuntungan bersih yang didapat dibandingkan dengan total penjualannya. Sementara ROE adalah Return to Equity, yang berarti rasio keuntungan bersih dibandingkan dengan kekayaan bersih perusahaan. Bagaimana cara melihatnya dan menghitung kedua rasio tersebut? Mari ambil contoh laporan keuangan berikut.

zzz

Disclaimer: Laporan Keuangan disajikan hanya sebagai sarana edukasi. Finansialku tidak berafiliasi dengan pihak mana pun.
Di atas berikut adalah contoh Laporan keuangan dari PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) tbk. yang juga dikenal sebagai Telkom per akhir tahun 2016. Dari laporan tersebut diketahui:
Revenue atau Total Penjualan sebesar Rp116,33 triliun 
Net Profit sebesar Rp29,71 triliun
Total Aset sebesar Rp179,61 triliun
Total Ekuitas atau Kekayaan Bersih sebesar Rp105,54 triliun
 Net Profit : Revenue = Net Profit Margin (NPM)
Rp29,17 triliun : Rp116,33 triliun = 25,07%

Dari perhitungan di atas, di dapat NPM dari PT Telkom sebesar 25,07%. Semakin tinggi NPM suatu perusahaan maka semakin efisien manajemen perusahaan tersebut dalam mengelola keuntungannya.
 Net Profit : Total Ekuitas = Return On Equity (ROE)
Rp29,17 triliun : Rp105,54 triliun = 27,64%

Dari perhitungan di atas, di dapat ROE dari PT Telkom sebesar 27,64%. Ekuitas melambangkan kekayaan bersih sebuah perusahaan. Nilai Ekuitas merupakan jumlah Aset dikurangi oleh Liabilitas (Kewajiban). Semakin besar keuntungan suatu perusahaan dibandingkan dengan kekayaan bersihnya, maka semakin baik perusahaan itu untuk diinvestasikan.

#4 PILIH PERUSAHAAN YANG LABANYA TERUS BERTUMBUH
Lo Kheng Hong juga menyarankan untuk memilih perusahaan yang memiliki pertumbuhan profit yang positif dari tahun ke tahun. Bila labanya terus bertumbuh, artinya perusahaan tersebut memiliki prospek dan daya saing di masa depan. Melengkapi poin sebelumnya, Lo Kheng Hong pun menegaskan:
“Kalau kita memiliki perusahaan yang untung besar dan labanya bertumbuh, kita seperti memiliki mesin pencetak uang”

#5 CERMATI VALUASI PER DAN PBV
Sebelum membahas mengenai PER dan PBV, ada baiknya kita ketahui EPS dan BV terlebih dahulu. EPS adalah Earning Per Share, yaitu jumlah Net Profit dibagi total lembar sahamnya. Sedangkan BV adalah Book Value, yaitu kekayaan bersih perusahaan (Ekuitas) dibagi total lembar sahamnya.

zzz

Diketahui PT Telkom memiliki 100.799.996.400 lembar saham, maka perhitungan EPS dan BV-nya:
Net Profit : Jumlah Lembar Saham = Earning Per Share (EPS)
Rp29.172.000.000.000 : 100.799.996.400 lembar = Rp289,4 per lembar
Total Ekuitas : Jumlah Lembar Saham = Book Value per Share (BV)
Rp105.544.000.000.000 : 100.799.996.400 lembar = Rp1047,06 per lembar

Sehingga nilai EPS dari PT Telkom sebesar Rp289,4 per lembar saham, dan nilai Book Value-nya sebesar Rp1047,06 per lembar saham.

Berikutnya baru mari kita bahas mengenai PER dan PBV. PER adalah Price Earning Ratio, yaitu rasio harga saham dibandingkan dengan Net Profit per lembar sahamnya (EPS). Sementara PBV adalah Price to Book Value, yaitu rasio harga saham dibandingkan kekayaan bersih per lembar sahamnya.

Diketahui harga saham PT Telkom pada penutupan akhir tahun 2016 adalah sebesar Rp4.130 per lembar saham. Maka berikut perhitungan PER dan PBV-nya:
Harga Saham : Earning Per Share = Price Earning Ratio (PER)
Rp4.130 : Rp289,4 = 14,27x
Harga Saham : Book Value Per Share = Price to Book Value (PBV)
Rp4.130 : Rp1047,06 = 3,95x

Sehingga valuasi PER dari PT Telkom sebesar 14,27x, dan valuasai PBV-nya sebesar 3,95x.

Perusahaan yang memiliki rasio PER semakin rendah, dianggap semakin bagus. Lo Kheng Hong sendiri menyarankan untuk membeli saham yang memiliki rasio PER sebesar 5x atau ke bawah. Secara umum, saham yang rasio PER-nya sebesar 10x sudah dianggap murah. Sementara dari valuasi PBV, yang dianggap murah adalah yang PBV-nya kurang dari 1x. Bila rasio PBV lebih dari 1x, maka sahamnya dihargai lebih tinggi dari kekayaan bersihnya.
Untuk melihat suatu perusahaan murah atau mahal secara valuasinya, investor dapat membandingkan dengan kompetitornya. Belilah saham yang valuasinya masih murah (PER / PBV di bawah rata-rata sektor). Kesempatan emas untuk membeli saham bagus yang murah pun biasanya juga datang di tengah kondisi krisis.

PRESTASI KESUKSESAN LO KHENG HONG
Di antara banyak kisah sukses berinvestasinya ada 2 saham yang tercatat memberinya keuntungan dalam jumlah yang fantastis, yaitu UNTR dan MBAI. Namun selain kedua saham itu, Lo Kheng Hong juga mempunyai banyak portofolio investasi yang juga mencetak keuntungan yang fantastis.

Saham PT United Tractor Tbk (UNTR)
Lo Kheng Hong membeli saham UNTR pada 1998 dengan seluruh modalnya, saat harganya Rp250 per saham sebanyak 6 juta lembar saham, yang berarti Modalnya saat itu sebesar Rp1,5 Miliar seluruhnya diletakkan di saham UNTR saja. Ia menjualnya sekitar enam hingga delapan tahun kemudian pada harga rata-rata sebesar Rp15.000, dan menikmati keuntungan 5.900%. Dia memperoleh sebesar Rp90 miliar dari penjualan saham tersebut.

Bagaimana Lo Kheng Hong menemukan UNTR? Apakah karena sekadar faktor keberuntungan, atau hasil dari sebuah analisis fundamental yang cerdas? Lo Kheng Hong pun juga menjelaskan alasannya membeli UNTR.

Total aset UNTR pada akhir 1998 adalah Rp3,8 triliun dengan jumlah saham beredar sebanyak 138 juta. Pada harga pasar Rp250 per saham, total kapitalisasi pasar UNTR hanya sebesar Rp34,5 miliar saja. Padahal selama 1998, pendapatan UNTR mencapai Rp3,6 triliun, dan laba usahanya adalah Rp1 triliun.

Saham PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI)
Pada kesempatan lain Lo Kheng Hong juga membeli saham MBAI pada tahun 2005 saat harganya Rp250 per saham sebanyak 6,2 juta lembar saham, yaitu sekitar 8,28% dari total kepemilikan, yang berarti modalnya saat itu sebesar Rp1,55 miliar. Ia menjualnya sekitar tahun 2011 pada harga rata-rata sebesar Rp31.500, dan menikmati keuntungan 12.500%. Dia memperoleh sebesar Rp195,8 miliar dari penjualan saham tersebut.

PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk, merupakan perusahaan ternak ayam terbesar kedua di Indonesia (sekarang sudah merger dengan Japfa Comfeed). Jumlah saham MBAI yang beredar di 2006 mencapai 75 juta lembar. Jadi, nilai perusahaannya adalah Rp 250 dikali 75 juta lembar, yaitu Rp18,75 miliar. Padahal laba yang dihasilkan MBAI sebesar Rp106 miliar.

Tidak banyak investor yang mengetahui hal ini, sehingga tidak banyak yang beli, akibatnya harga MBAI terlalu murah. Perlahan tapi pasti, pasar pun mulai sadar akan nilai sebenarnya saham ini dan mulai mengereknya naik. Hasilnya setelah Lo Kheng Hong menyimpannya selama 6 tahun, harganya naik menjadi Rp31.500 dan dijualnya di tahun 2011, dia memperoleh keuntungan sebesar 12.500%.   

Saham PT Timah (Persero) Tbk (TINS)
Lo Kheng Hong juga pernah punya saham PT Timah (Persero) Tbk (TINS). Dia membelinya di tahun 2002 seharga Rp290. Dalam dua tahun harganya naik ke Rp2.900, dan dijual olehnya dengan keuntungan 10 kali lipat, dan meraup keuntungan sebesar Rp63 miliar.

TINS adalah badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan atau eksplorasi timah. Lo Kheng Hong tertarik membeli saham TINS karena pada 2002 nilai buku ekuitasnya Rp1,5 triliun, sedangkan kapitalisasi pasarnya pada harga saham Rp290 hanya Rp150 miliar.

Prestasi Portofolio Saham Lainnya
Berikut prestasi-prestasi saham yang dimiliki oleh Lo Kheng Hong selama berinvestasi saham.

Nama Perusahaan
Kode Saham
Harga Beli (Rp)
Harga Jual (Rp)
Jangka Waktu
Periode
Keuntungan
PT Rig Tenders Tbk
RIGS
800
1.350
<1 Tahun
1993 – 1993
68%
PT United Tractor Tbk
UNTR
250
15.000
6 Tahun
1998 – 2004
5900%
PT Timah (Persero) Tbk
TINS
290
2.900
2 Tahun
2002 – 2004
900%
PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk
MBAI
250
31.500
6 Tahun
2005 – 2011
12500%
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk
JPFA
200
4.000
6 Tahun
2005 – 2011
1900%
PT Polychem Indonesia Tbk
ADMG
200
600
3 Tahun
2008 – 2011
200%
PT Panin Finansial Tbk
PNLF
100
260
1,5 Tahun
2011 – 2013
160%
PT Bumi Resources Tbk
BUMI
50
500
1,5 Tahun
2015 – 2017
900%

Disclaimer: Penyebutan merek atau kode saham hanya sebagai sarana edukasi, bukan untuk rekomendasi saham atau sejenisnya.

SUKSES BERINVESTASI SAHAM DENGAN ANALISA FUNDAMENTAL
Cukup berbeda dengan Investor pada umumnya, Lo Kheng Hong termasuk investor yang sangat berani untuk berinvestasi, bahkan untuk membeli perusahaan yang merugi sekalipun. Syarat utama yang dipegang olehnya adalah bahwa manajemen perusahaannya harus bagus. Dengan memiliki perusahaan yang luar biasa, tinggal waktulah yang akan menjawabnya.

sumber : https://www.finansialku.com/analisa-fundamental-lo-kheng-hong/