Minggu, 09 April 2017

Buku Kartini, 'Dari Kegelapan Menuju Cahaya' Bukan 'Habis Gelap Terbitlah Terang'

Assalamualaikum,
Seperti biasa, setiap tahun di Bulan April, Indonesia memperingati Hari Kelahiran Pahlawan Nasional, R.A. Kartini tepatnya 21 April.
Dan kali ini, penulis akan menyampaikan sekelumit kepingan sejarah tentang beliau, berikut kisahnya...



Door Duisternis Tot Licht adalah karya tulisan RA Kartini yang dicetak berbahasa Belanda yang dikumpulkan kemudian dibukukan oleh JH Abendanon, seorang tokoh asal Belanda yang pernah menjabat sebagai Menteri agama, kebudayaan, dan kerajinan era Kerajaan Hindia Belanda.

Jika diartikan ke bahasa Indonesia bermakna ‘Dari Kegelapan Menuju Cahaya’. Sebelumnya Door Duisternis Tot Licht sempat populer dengan arti ‘Habislah Gelap Terbitlah Terang’. Namun arti ‘Habislah Gelap Terbitlah Terang’ itu ternyata tak cocok dengan maksud dan aspirasi RA Kartini yang memang karya-karya terakhirnya terinspirasi dari kitab suci Al-Qur’an yang bermuatan kalimat bahasa Arab “Minadzzhulumati Ilan Nuur”. Seiring waktu, arti ‘Dari Kegelapan Menuju Cahaya’ yang akhirnya digunakan hingga sekarang.

Diterbitkan Abendanon pada tahun 1911, Door Duisternis Tot Licht merupakan buah perjalanan spritual RA Kartini dari seorang liberalis dan pluralis menjadi seorang yang Islami. Pada 1922, buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Armijn Pane, lalu kemudian diterbitkan.

Di tahun 1938 Door Duisternis Tot Licht berbahasa Melayu kembali diterbitkan setelah belasan kali cetak ulang. Setelah itu Armijn Pane menerbitkannya lagi namun kali ini ia mengemasnya dalam format yang berbeda dari sebelumnya. Sayangnya Pane sengaja tidak menyertakan sebagian karya-karya tulisan RA Kartini dalam edisi akhir terbitannya itu dengan alasan agar jalan cerita buku menjadi lebih romantis. Padahal banyak intisari karya kartini terkait pejalanan spritual Islamnya yang akhirnya ikut tersingkir hingga pembaca mengenali RA Kartini masih sebagai sosok liberalis dan pluralis dan bukan sebagai sosok agamis.
Di akhir perjalanan hidupnya RA Kartini memang telah banyak mengalami revolusi reliji, khususnya penyesalan dan ‘taubatan nasuha’ nya karena sempat menjadi bagian dari kelompok orientalis yang memfitnah serta memusuhi Islam. Meski demikian Door Duisternis Tot Licht telah diakui menjadi bukti berubahnya ikon wanita Indonesia itu dari kegelapan ideologi emansipasi wanita menuju wanita shalehah mengarah ke cahaya Islam yang terang benderang.
sumber : http://www.spektanews.com/2015/04/buku-kartini-dari-kegelapan-menuju.html